DINASTI OTTOMAN DAN TURKI
MODERN
Pendahuluan
Turki merupakan sebuah Negara di Eropa dan Tenggara dan Asia Kecil;
berbatasan dengan Georgia, Armenia, Azerbaijan, dan Iran di timur, Irak,
Suriah, dan Laut Tengah di selatan, laut Hitam di utara, Laut Aegea di barat,
dan Yunani serta Bulgaria di barat laut. Luasnya 779.452 km2, di
antaranya 755.688 km2 di Asia Kecil (Semenanjung Anatolia) dan
23.764 km2 di Eropa Tenggara.[1]
Bangsa Turki mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan
kebudayaan Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam politik ketika
mereka masuk dalam barisan tentara professional maupun dalam birokrasi
pemerintahan yang bekerja untuk khalifah-khalifah Banu ‘Abbas[2].
Munculnya dinasti Turki Islam terjadi pada saat dunia Islam mengalami
fragmentasi kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan ‘Abbasiyah
(kira-kira abad ke-9). Turki pernah menjadi salah satu Negara adikuasa di
dunia, selain Kerajaan Safawi di Persia (Iran) dan Kerajaan Mughal di India,
yakni ketika berada di puncak keemasannya pada masa kerajaan Ottoman.
Dinasti
Ottoman
a.
Awal Berdirinya dan Beberapa Catatan Singkat Para
Pemimpinnya
Kata Ottoman berasal dari nama nenek-moyang mereka,
yakni Usman (nama khalifah ideal) yang kemudian menjadi Usmanli dan akhirnya
disebut Ottoman.[3] Kerajaan
Ottoman didirikan oleh Utsman, putra Artogrol (Urtughril). Artogrol adalah
kepala suku Kayi di Asia kecil yang datang ke
ke Turki dan mendapat kepercayaan dari penguasa Salajikah, Alauddin Kaikobad,
untuk menjadi panglima perangnya. Jabatan tersebut kemudian beralih kepada
Usman setelah ia wafat.
Setelah menghancurkan Baghdad tahun 1258 bangsa Mongol meneruskan
penaklukannya kearah utara, termasuk wilayah kekuasaan Saljuq. Sultan saljuq
tidak dapat mempertahankan diri dan mati terbunuh. Dalam keadaan kosong itulah
Usman memerdekakan diri dan bertahan terhadap serangan bangsa Mongol. Bekas
wilayah Saljuq dijadikan basis kekuasaannya dan para penguasa Saljuq yang
selama dari pembantaian Mongol mengangkatnya sebagai pemimpin. Peristiwa tersebut
berlangsung kira-kira tahun 1300 M.
Kerajaan Ottoman yang berlangsung selama kurang lebih
tujuh abad. Sejak berdiri sampai runtuhnya, Kerajaan Ottoman dipimpin oleh 36
Sultan sebagaimana tabel dibawah ini.
No.
|
Sultan
|
Lahir
|
/
|
Meninggal
|
Tahun Memerintah
|
||
1
|
Usman I
|
1258
|
-
|
1323/1324
|
1300
|
-
|
1323/1324
|
2
|
Orkhan
|
1288
|
-
|
1359
|
1324
|
-
|
1360
|
3
|
Murad I
|
1326
|
-
|
Juni 1389
|
1360
|
-
|
1389
|
4
|
Bayazid
|
1360
|
-
|
8 Maret 1403
|
1389
|
-
|
1402
|
5
|
Muhammad I
|
1379/1389
|
-
|
26 Mei 1421
|
1402
|
-
|
1421
|
6
|
Murad II
|
1403/1404
|
-
|
3 Februari 1452
|
1421
|
-
|
1444
|
7
|
Muhammad II
|
30 Maret 1432
|
-
|
3 Mei 1451
|
1444
|
-
|
1446
|
8
|
Murad II
|
1403/1404
|
-
|
3 Februari 1452
|
1446
|
-
|
1451
|
9
|
Muhammad II
|
30 Maret 1432
|
-
|
3 Mei 1451
|
1451
|
-
|
1481
|
10
|
Bayazid II
|
1447/1448
|
-
|
26 Mei 1512
|
1481
|
-
|
1512
|
11
|
Salim I
|
1466/1467
|
-
|
22 September 1520
|
1512
|
-
|
1521
|
12
|
Sulaiman I
|
6 November 1494
|
-
|
5 September 1566
|
1521
|
-
|
1566
|
13
|
Salim II
|
30 Mei 1524
|
-
|
13 Desember 1574
|
1566
|
-
|
1574
|
14
|
Murad III
|
4 Juli 1546
|
-
|
16 Januari 1595
|
1574
|
-
|
1595
|
15
|
Muhammad III
|
26 Mei 1566
|
-
|
22 Desember 1617
|
1595
|
-
|
1603
|
16
|
Ahmad I
|
18 April 1590
|
-
|
22 November 1617
|
1603
|
-
|
1617
|
17
|
Mustafa I
|
1592
|
-
|
20 Januari 1639
|
1617
|
-
|
1618
|
18
|
Usman II
|
3 November 1604
|
-
|
20 Mei 1622
|
1618
|
-
|
1622
|
19
|
Mustafa I
|
1592
|
-
|
20 Januari 1639
|
1622
|
-
|
1623
|
20
|
Murad IV
|
27 Juli 1612
|
-
|
9 Februari 1640
|
1623
|
-
|
1640
|
21
|
Ibrahim
|
4 November 1615
|
-
|
18 Agustus 1648
|
1640
|
-
|
1648
|
22
|
Muhammad IV
|
2 Januari 1642
|
-
|
6 Januari 1693
|
1648
|
-
|
1687
|
23
|
Sulaiman II
|
15 April 1642
|
-
|
23 Juni 1691
|
1687
|
-
|
1691
|
24
|
Ahmad II
|
1 Agustus 1642
|
-
|
8 Februari 1695
|
1691
|
-
|
1695
|
25
|
Mustafa II
|
5 Juni 1664
|
-
|
29 Desember 1703
|
1695
|
-
|
1703
|
26
|
Ahmad III
|
12 Desember 1673
|
-
|
Juni 1736
|
1703
|
-
|
1730
|
27
|
Mahmud I
|
2 Agustus 1696
|
-
|
14 Desember 1754
|
1730
|
-
|
1754
|
28
|
Usman III
|
2 Januari 1699
|
-
|
30 Oktober 1757
|
1754
|
-
|
1757
|
29
|
Mustafa III
|
28 Januari 1717
|
-
|
21 Januari 1774
|
1757
|
-
|
1774
|
30
|
Abdul Hamid I
|
20 Maret 1725
|
-
|
7 April 1789
|
1774
|
-
|
1789
|
31
|
Salim III
|
24 Desember 1761
|
-
|
29 Juli 1808
|
1789
|
-
|
1807
|
32
|
Mustafa IV
|
8 September 1774
|
-
|
16 November 1808
|
1807
|
-
|
1808
|
33
|
Mahmud II
|
20 Juli 1785
|
-
|
1 Juli 1839
|
1808
|
-
|
1839
|
34
|
Abdul Majid
|
23 April 1823
|
-
|
24 Juni 1861
|
1839
|
-
|
1861
|
35
|
Abdul Aziz
|
9 Februari 1830
|
-
|
4 Juni 1876
|
1861
|
-
|
1876
|
36
|
Murad V
|
21 September 1840
|
-
|
29 Agustus 1904
|
1876
|
-
|
1876
|
37
|
Abdul Hamid II
|
22 September 1842
|
-
|
10 Februari 1918
|
1876
|
-
|
1909
|
38
|
Muhammad V
|
3 November 1844
|
-
|
2 Juli 1918
|
1909
|
-
|
1918
|
39
|
Muhammad VI
|
2 Februari 1861
|
-
|
15 Mei 1926
|
1918
|
-
|
1922
|
Osman’s contribution seem to have been limited to
establishing the dynasty and beginning the policy of developing it primarily at
Byzantine expense while avoiding conflict with the more powerful Turkoman
neighbors until the state was strong enough to deal with them.[5]
Kemudian Orkhan, putra Usman, membentuk pasukan tangguh yang disebut
Inkisyariah untuk membentengi kekuasaannya. Pada masa Orkhan dimulai upaya
perluasan wilayah. Berturut-turut pasukan Iskisyariah dapat menaklukkan Broissa
(Turki), Izmir (Asia Kecil), dan Ankara.
Ekspansi yang lebih besar terjadi pada masa Murad I. Di masa ini berhasil Balkan,
Andianopel (sekarang bernama Edirne, Turki), Macedonia, Sofia
(Bulgaria),
dan seluruh wilayah Yunani. Melihat kemenangan yang diraih Murad I,
kerajaan-kerajaan Kristen di Balkan dan Eropa Timur menjadi murka. Mereka lalu
menyusun kekuatan yang terdiri atas Bulgaria,
Serbia, Transsylvania (Rumania), Hongaria, dan walacia (Rumania),
untuk menggempur Kerajaan Ottoman. Meskipun Murad I tewas dalam pertempuran,
kemenangan tetap di pihak Kerajaan Ottoman. Ekspansi berikutnya dilanjutkan
oleh putranya Bayazid I.
pada tahun 1931, pasukan Bayazid I dapat merebut benteng Philadephia dan
Gramania atau Kirman (Iran).
Dengan demikian Kerajaan Ottoman secara bertahap tumbuh menjadi suatu kerajaan
besar.
Kesuksesan Bayazid I kembali menimbulkan kegelisahan
di daratan Eropa dan mengakibatkan Paus menyeru umat Kristen Eropa supaya
angakt senjata. Dengan dipimpin oleh raja Hongaria Sijismond, mereka bergabung
dengan tentang Prancis dan Jerman. Maka terjadilah pertempuran di Nicopolis (25
September 1396). Kerajaan Ottoman berhasil memenangkan peperangan tersebut,
sedangkan Eropa menerima kekalahan yang terparah.
Pada tahun 1402, Kerajaan Ottoman di bawah
pemerintahan Bayazid I digempur oleh pasukan Timur Lenk (penguasa Mungol) yang
jumlahnya tidak kurang dari 800.000 orang, sementara jumlah pasukan Bayazid
hanyan 120.000 orang. Dalam pertempuran itu Bayazid I tewas, berikut sejumlah
besar pasukannya. Akibat kekalahan itu, wilayah Ottoman hampir seluruhnya jatuh
ke tangah Timur Lenk.
Di samping itu, kekalahan tersebut menyebabkan terjadi
perpecahan di antara putra-putra Bayazid I, yaitu Muhammad I atau Muhammad
Celebi, Isa, Sulaiman, dan Musa. Pada masa berikutnya, Muhammad I berhasil
membangun kekuatan, sehingga dapat menundukkan saudara-saudaranya. Usahanya
diarahkan pada konsolidasi pemerintahan dan mengembalikan kekuasaan yang hilang
selama pendudukan Timur Lenk. Pada tahun 1421 Muhammad I meninggal dan
digantikan Murad II.
Demikian selanjutnya Kerajaan Ottoman mengalami pasang
surut. Dan puncak kejayaan Ottoman dicapai pada masa pemerintahan Sulaiman I.
ia digelari al Qanuni (Pembuat Undang-Undang) karena keberhasilannya membuat
undang-undang yang mengatur masyarakat. Selain itu Sulaiman I bisa menguasai
Aljazair, Mesir, Hedjaz, Armenia, Irak, Asia Kecil, Balkan, Bulgaria, Bossnia,
Yunani, Hongaria, Rumania, dan tiga laut, Laut Merah, Laut Tengah, dan Laut
Hitam. Karena keluasan wilayahnya, Kerajaan Ottoman menjadi adikuasa ketika
itu.[6]
b.
Faktor Kesuksesan dan Kemunduran Kerajaan Ottoman.
Ada lima
factor yang menyebabkan kesuksesan Kerajaan Ottoman dalam perluasan wilayah Islam, yaitu :
1.
Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang
terkombinasi dengan cita-cita memperoleh ganimah.
2.
Sifat dan karakter orang Turki selalu ingin maju dan
tidak pernah diam serta gaya
hidupnya yang sederhana, sehingga mudah digerakkan untuk penyerangan
3.
Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
4.
Letak Istambul yang sangat stragis.
5.
Kondisi kerajaan-kerajaan sekitar yang kacau[7]
Sedangkan beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan
Ottoman adalah sebagai berikut :
- Kelemahan Sultan
- Kelemahan Sistem Birokrasi
- Kemerosotan Kondisi Sosial-Ekonomi
- Munculnya Kekuatan Eropa.[8]
Turki Modern
Kelahiran Turki modern ini sudah dimulai saat terjadi beberapa
gerakan-gerakan pembaharuan pada 2 pemerintahan terakhir kerajaan Ottoman.
Mereka mengadakan pembaharuan dalam system birokrasi pemerintahan setelah ada
celah-celah bagi mereka untuk melihat perkembangan barat saat itu. Untuk
memajukan Turki, banyak orang-orangnya yang disekolahkan / dikirim ke barat
agar dapat menimba ilmu dan tujuan akhirnya adalah agar Turki tidak kalah
dengan negara-negara Eropa lainnya. Namun hal itu belum begitu banyak membantu
mempertahankan Kerajaan Ottoman karena para pemimpinnya masih kurang birokratis
sehingga banyak terjadi pemberontakan dan perpecahan.
Pada tanggal 29 Oktober 1923, Republik Turki diproklamasikan setelah
kesultanan dihapuskan pada tanggal 1 November 1922. Presiden pertama yang
dipilih adalah Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Turki Modern (1881-1938). Turki
berubah menjadi negara sekuler dengan dihapuskannya ketentuan Islam sebagai
agama resmi negara” dalam undang-undang yang berlaku. Walaupun demikian, umat
Islam tetap merupakan mayoritas dan bebas melakukan ajaran agamanya serta
berhasil memberikan kemajuan bagi negaranya.
Dalam pembahasan perkembangan Islam di Turki Modern,
pokok bahasan dapat dibagi atas empat bagian utama, yaitu :
1.
Sistem konstitusional
Konstitusi Turki sekarang ini, yang berlaku sejak
tahun 1961, mengatur agama, baik dalam teksnya maupun dalam rujukannya kepada
serangkaian hukum menyangkut sekularisasi yang merupakan hukum negara sejak
1920-an.
Kelompok-kelompok Islam tidak mampu menentang
prinsip-prinsip sekularisasi yang berlaku secara langsung, meskipun mereka
tetap menekankan fakta bahwa hubungan sosial dalam masyarakat Islam didasarkan
pada norma-norma agama.
2.
Proses politik
Ketika politik multipartai diperkenalkan di Turki pada
tahun 1946, dakwaan bahwa umat Islam tidak dapat beribadah dengan bebas muncul
secara menonjol di antara tuduhan-tuduhan yang dilemparkan kepada Partai Rakyat
Republik yang telah berkuasa selama 27 tahun. Dakwaan ini datang dari sejumlah
partai politik yang baru saja terbentuk dengan suatu ideology Islam yang
sama-sama sebagai dasarnya. Akan tetapi partai-partai baru tersebut setelah
pemilu tahun 1950 harus bubar cepat atau lambat karena tidak memiliki dukungan
pemilih.
3.
Perubahan sosial
Dalam periode 1960-1978, angka rata-rata kenaikan GNP
per kapita Turki mencapai 3,6 persen/tahun. Ini merupakan sukses besar.
Sementara itu pertambahan penduduk Turki mencolok, kalau tahun 1940 penduduknya
berjumlah 17 juta, maka kini mencapai 57 juta jiwa.
4.
Pembangunan bidang agama
Meskipun Turki merupakan negara sekular, pertumbuhan
keagamaannya sangat mencolok. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya penduduk yang
menjadi anggota sekte-sekte keagamaan. Sekte Nur yang didirikan Said Nursi
(1873-1960), misalnya, sampai beranggotakan 300.000 orang. Pembangunan agama
itu sendiri dilakukan oleh pemerintah.
Dalam bidang sarana keagamaan, Turki sekarang ini
memiliki tidak kurang dari 62.000 masjid dan pembangunan masjid mencapai 1.500
buah / tahun. Penjualan buku-buku dan kaset-kaset keagamaan menunjukkan angka
peningkatan yang sangat besar. Selain itu, telah dibangun lebih dari 2.000 unit
sekolah Al Qur’an.[9]
Analisis
Setelah hancurnya Bani Abbasiyah pada tahun 1958 oleh Hulagu Khan,
kerajaan-kerajaan Islam pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang tidak bisa
disatukan. Masing-masing mempertahankan kerajaannya dari serangan bangsa-bangsa
Eropa. Sampai pada akhirnya bangkitlah Kerajaan Ottoman yang mampu mempersatukan kerajaan-kerajaan
Islam dan mampu memperluas kerajaannya sampai ke Eropa dan Asia Kecil.
Keberhasilan ini tidak lepas dari adanya budaya ingin maju yang ada di
masyarakat Turki, serta ditunjang oleh kecakapan pimpinan serta keadilannya.
Sehingga mereka mampu untuk bersatu padu membangun bangsa walaupun harus
terseok-seok karena adanya beberapa serangan dari bangsa-bangsa Eropa dan juga
karena perpecahan dari dalam namun akhirnya pada masa pemerintahan Sulaiman I
Kerajaan Ottoman sampai kepada puncak keberhasilan dan kesuksesannya.
Setelah itu terjadi kemunduran lagi, dan akhirnya Kerajaan Ottoman hancur
dan diganti dengan Turki Modern yang berdasarkan negara Republik. Kebangkitan
ini dirangsang oleh kemajuan barat yang semakin tak tertinggal dan karena
kebosanan terhadap kejumudan yang telah dialami oleh umat Islam pada waktu itu.
Sampai saat ini Turki bisa dikatakan sebagai negara bekas negara Islam yang
paling maju kalau kita bandingkan dengan Mesir, Siria, dan Maroko dan
negara-negara Islam lainnya yang tetap menjadikan syariat Islam sebagai ajaran
negaranya.
[1]
Azyumardi Azra, dkk. Ensiklopedi Islam. Ichtisar Baru Van Hoeve. Jakarta, hlm. 114
[2] Syafiq
A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Logos. Jakarta, hlm. 1
[3] Akbar S.
Ahmed, dkk., Citra Muslim. Erlangga. Jakarta. hlm. 71
[4] Lihat
Ensiklopedi Islam. Ibdi. Hlm. 62
[5] Stanford
J. Shaw, History of The Ottoman Empire and Modern Turkey, Vol. I. Cambrigde UP.
Cambrigde. 2000. hlm. 13
[6] Lihat Ensiklopedi
Islam. Ibid. hlm. 60
[7] Lihat Ensiklopedi
Islam. Ibid. hlm. 60
[8] Lihat. Sejarah
Kebudayaan Islam di Turki. Ibid. hlm. 91
[9] Lihat Ensiklopedi
Islam. Ibid. hlm. 116
+ komentar + 1 komentar
Sayang sekali memang kalau Ottoman telah diganti dengan Republik Turki Sekuler.
Kunbal ya di http://thedagristan.blogspot.com/
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.