Ter Update :
Home » » DINASTI OTTOMAN DAN TURKI MODERN

DINASTI OTTOMAN DAN TURKI MODERN

Written By Unknown on Senin, 11 Maret 2013 | Senin, Maret 11, 2013

DINASTI OTTOMAN DAN TURKI MODERN

Pendahuluan
Turki merupakan sebuah Negara di Eropa dan Tenggara dan Asia Kecil; berbatasan dengan Georgia, Armenia, Azerbaijan, dan Iran di timur, Irak, Suriah, dan Laut Tengah di selatan, laut Hitam di utara, Laut Aegea di barat, dan Yunani serta Bulgaria di barat laut. Luasnya 779.452 km2, di antaranya 755.688 km2 di Asia Kecil (Semenanjung Anatolia) dan 23.764 km2 di Eropa Tenggara.[1]
Bangsa Turki mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan kebudayaan Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam politik ketika mereka masuk dalam barisan tentara professional maupun dalam birokrasi pemerintahan yang bekerja untuk khalifah-khalifah Banu ‘Abbas[2]. Munculnya dinasti Turki Islam terjadi pada saat dunia Islam mengalami fragmentasi kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan ‘Abbasiyah (kira-kira abad ke-9). Turki pernah menjadi salah satu Negara adikuasa di dunia, selain Kerajaan Safawi di Persia (Iran) dan Kerajaan Mughal di India, yakni ketika berada di puncak keemasannya pada masa kerajaan Ottoman.

Dinasti Ottoman
a.       Awal Berdirinya dan Beberapa Catatan Singkat Para Pemimpinnya
Kata Ottoman berasal dari nama nenek-moyang mereka, yakni Usman (nama khalifah ideal) yang kemudian menjadi Usmanli dan akhirnya disebut Ottoman.[3] Kerajaan Ottoman didirikan oleh Utsman, putra Artogrol (Urtughril). Artogrol adalah kepala suku Kayi di Asia kecil yang datang ke ke Turki dan mendapat kepercayaan dari penguasa Salajikah, Alauddin Kaikobad, untuk menjadi panglima perangnya. Jabatan tersebut kemudian beralih kepada Usman setelah ia wafat.
Setelah menghancurkan Baghdad tahun 1258 bangsa Mongol meneruskan penaklukannya kearah utara, termasuk wilayah kekuasaan Saljuq. Sultan saljuq tidak dapat mempertahankan diri dan mati terbunuh. Dalam keadaan kosong itulah Usman memerdekakan diri dan bertahan terhadap serangan bangsa Mongol. Bekas wilayah Saljuq dijadikan basis kekuasaannya dan para penguasa Saljuq yang selama dari pembantaian Mongol mengangkatnya sebagai pemimpin. Peristiwa tersebut berlangsung kira-kira tahun 1300 M.
Kerajaan Ottoman yang berlangsung selama kurang lebih tujuh abad. Sejak berdiri sampai runtuhnya, Kerajaan Ottoman dipimpin oleh 36 Sultan sebagaimana tabel dibawah ini.

No.
Sultan
Lahir
/
Meninggal
Tahun Memerintah
1
Usman I
1258
-
1323/1324
1300
-
1323/1324
2
Orkhan
1288
-
1359
1324
-
1360
3
Murad I
1326
-
Juni 1389
1360
-
1389
4
Bayazid
1360
-
8 Maret 1403
1389
-
1402
5
Muhammad I
1379/1389
-
26 Mei 1421
1402
-
1421
6
Murad II
1403/1404
-
3 Februari 1452
1421
-
1444
7
Muhammad II
30 Maret 1432
-
3 Mei 1451
1444
-
1446
8
Murad II
1403/1404
-
3 Februari 1452
1446
-
1451
9
Muhammad II
30 Maret 1432
-
3 Mei 1451
1451
-
1481
10
Bayazid II
1447/1448
-
26 Mei 1512
1481
-
1512
11
Salim I
1466/1467
-
22 September 1520
1512
-
1521
12
Sulaiman I
6 November 1494
-
5 September 1566
1521
-
1566
13
Salim II
30 Mei 1524
-
13 Desember 1574
1566
-
1574
14
Murad III
4 Juli 1546
-
16 Januari 1595
1574
-
1595
15
Muhammad III
26 Mei 1566
-
22 Desember 1617
1595
-
1603
16
Ahmad I
18 April 1590
-
22 November 1617
1603
-
1617
17
Mustafa I
1592
-
20 Januari 1639
1617
-
1618
18
Usman II
3 November 1604
-
20 Mei 1622
1618
-
1622
19
Mustafa I
1592
-
20 Januari 1639
1622
-
1623
20
Murad IV
27 Juli 1612
-
9 Februari 1640
1623
-
1640
21
Ibrahim
4 November 1615
-
18 Agustus 1648
1640
-
1648
22
Muhammad IV
2 Januari 1642
-
6 Januari 1693
1648
-
1687
23
Sulaiman II
15 April 1642
-
23 Juni 1691
1687
-
1691
24
Ahmad II
1 Agustus 1642
-
8 Februari 1695
1691
-
1695
25
Mustafa II
5 Juni 1664
-
29 Desember 1703
1695
-
1703
26
Ahmad III
12 Desember 1673
-
Juni 1736
1703
-
1730
27
Mahmud I
2 Agustus 1696
-
14 Desember 1754
1730
-
1754
28
Usman III
2 Januari 1699
-
30 Oktober 1757
1754
-
1757
29
Mustafa III
28 Januari 1717
-
21 Januari 1774
1757
-
1774
30
Abdul Hamid I
20 Maret 1725
-
7 April 1789
1774
-
1789
31
Salim III
24 Desember 1761
-
29 Juli 1808
1789
-
1807
32
Mustafa IV
8 September 1774
-
16 November 1808
1807
-
1808
33
Mahmud II
20 Juli 1785
-
1 Juli 1839
1808
-
1839
34
Abdul Majid
23 April 1823
-
24 Juni 1861
1839
-
1861
35
Abdul Aziz
9 Februari 1830
-
4 Juni 1876
1861
-
1876
36
Murad V
21 September 1840
-
29 Agustus 1904
1876
-
1876
37
Abdul Hamid II
22 September 1842
-
10 Februari 1918
1876
-
1909
38
Muhammad V
3 November 1844
-
2 Juli 1918
1909
-
1918
39
Muhammad VI
2 Februari 1861
-
15 Mei 1926
1918
-
1922

Osman’s contribution seem to have been limited to establishing the dynasty and beginning the policy of developing it primarily at Byzantine expense while avoiding conflict with the more powerful Turkoman neighbors until the state was strong enough to deal with them.[5] Kemudian Orkhan, putra Usman, membentuk pasukan tangguh yang disebut Inkisyariah untuk membentengi kekuasaannya. Pada masa Orkhan dimulai upaya perluasan wilayah. Berturut-turut pasukan Iskisyariah dapat menaklukkan Broissa (Turki), Izmir (Asia Kecil), dan Ankara.
Ekspansi yang lebih besar terjadi pada masa Murad I. Di masa ini berhasil Balkan, Andianopel (sekarang bernama Edirne, Turki), Macedonia, Sofia (Bulgaria), dan seluruh wilayah Yunani. Melihat kemenangan yang diraih Murad I, kerajaan-kerajaan Kristen di Balkan dan Eropa Timur menjadi murka. Mereka lalu menyusun kekuatan yang terdiri atas Bulgaria, Serbia, Transsylvania (Rumania), Hongaria, dan walacia (Rumania), untuk menggempur Kerajaan Ottoman. Meskipun Murad I tewas dalam pertempuran, kemenangan tetap di pihak Kerajaan Ottoman. Ekspansi berikutnya dilanjutkan oleh putranya Bayazid I. pada tahun 1931, pasukan Bayazid I dapat merebut benteng Philadephia dan Gramania atau Kirman (Iran). Dengan demikian Kerajaan Ottoman secara bertahap tumbuh menjadi suatu kerajaan besar.
Kesuksesan Bayazid I kembali menimbulkan kegelisahan di daratan Eropa dan mengakibatkan Paus menyeru umat Kristen Eropa supaya angakt senjata. Dengan dipimpin oleh raja Hongaria Sijismond, mereka bergabung dengan tentang Prancis dan Jerman. Maka terjadilah pertempuran di Nicopolis (25 September 1396). Kerajaan Ottoman berhasil memenangkan peperangan tersebut, sedangkan Eropa menerima kekalahan yang terparah.
Pada tahun 1402, Kerajaan Ottoman di bawah pemerintahan Bayazid I digempur oleh pasukan Timur Lenk (penguasa Mungol) yang jumlahnya tidak kurang dari 800.000 orang, sementara jumlah pasukan Bayazid hanyan 120.000 orang. Dalam pertempuran itu Bayazid I tewas, berikut sejumlah besar pasukannya. Akibat kekalahan itu, wilayah Ottoman hampir seluruhnya jatuh ke tangah Timur Lenk.
Di samping itu, kekalahan tersebut menyebabkan terjadi perpecahan di antara putra-putra Bayazid I, yaitu Muhammad I atau Muhammad Celebi, Isa, Sulaiman, dan Musa. Pada masa berikutnya, Muhammad I berhasil membangun kekuatan, sehingga dapat menundukkan saudara-saudaranya. Usahanya diarahkan pada konsolidasi pemerintahan dan mengembalikan kekuasaan yang hilang selama pendudukan Timur Lenk. Pada tahun 1421 Muhammad I meninggal dan digantikan Murad II.
Demikian selanjutnya Kerajaan Ottoman mengalami pasang surut. Dan puncak kejayaan Ottoman dicapai pada masa pemerintahan Sulaiman I. ia digelari al Qanuni (Pembuat Undang-Undang) karena keberhasilannya membuat undang-undang yang mengatur masyarakat. Selain itu Sulaiman I bisa menguasai Aljazair, Mesir, Hedjaz, Armenia, Irak, Asia Kecil, Balkan, Bulgaria, Bossnia, Yunani, Hongaria, Rumania, dan tiga laut, Laut Merah, Laut Tengah, dan Laut Hitam. Karena keluasan wilayahnya, Kerajaan Ottoman menjadi adikuasa ketika itu.[6]

b.      Faktor Kesuksesan dan Kemunduran Kerajaan Ottoman.
  Ada lima factor yang menyebabkan kesuksesan Kerajaan Ottoman dalam perluasan wilayah Islam,  yaitu :
1.      Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita memperoleh ganimah.
2.      Sifat dan karakter orang Turki selalu ingin maju dan tidak pernah diam serta gaya hidupnya yang sederhana, sehingga mudah digerakkan untuk penyerangan
3.      Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
4.      Letak Istambul yang sangat stragis.
5.      Kondisi kerajaan-kerajaan sekitar yang kacau[7]

Sedangkan beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Ottoman adalah sebagai berikut :
  1. Kelemahan Sultan
  2. Kelemahan Sistem Birokrasi
  3. Kemerosotan Kondisi Sosial-Ekonomi
  4. Munculnya Kekuatan Eropa.[8]


Turki Modern
Kelahiran Turki modern ini sudah dimulai saat terjadi beberapa gerakan-gerakan pembaharuan pada 2 pemerintahan terakhir kerajaan Ottoman. Mereka mengadakan pembaharuan dalam system birokrasi pemerintahan setelah ada celah-celah bagi mereka untuk melihat perkembangan barat saat itu. Untuk memajukan Turki, banyak orang-orangnya yang disekolahkan / dikirim ke barat agar dapat menimba ilmu dan tujuan akhirnya adalah agar Turki tidak kalah dengan negara-negara Eropa lainnya. Namun hal itu belum begitu banyak membantu mempertahankan Kerajaan Ottoman karena para pemimpinnya masih kurang birokratis sehingga banyak terjadi pemberontakan dan perpecahan.
Pada tanggal 29 Oktober 1923, Republik Turki diproklamasikan setelah kesultanan dihapuskan pada tanggal 1 November 1922. Presiden pertama yang dipilih adalah Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Turki Modern (1881-1938). Turki berubah menjadi negara sekuler dengan dihapuskannya ketentuan Islam sebagai agama resmi negara” dalam undang-undang yang berlaku. Walaupun demikian, umat Islam tetap merupakan mayoritas dan bebas melakukan ajaran agamanya serta berhasil memberikan kemajuan bagi negaranya.
Dalam pembahasan perkembangan Islam di Turki Modern, pokok bahasan dapat dibagi atas empat bagian utama, yaitu :
1.      Sistem konstitusional
Konstitusi Turki sekarang ini, yang berlaku sejak tahun 1961, mengatur agama, baik dalam teksnya maupun dalam rujukannya kepada serangkaian hukum menyangkut sekularisasi yang merupakan hukum negara sejak 1920-an.
Kelompok-kelompok Islam tidak mampu menentang prinsip-prinsip sekularisasi yang berlaku secara langsung, meskipun mereka tetap menekankan fakta bahwa hubungan sosial dalam masyarakat Islam didasarkan pada norma-norma agama.

2.      Proses politik
Ketika politik multipartai diperkenalkan di Turki pada tahun 1946, dakwaan bahwa umat Islam tidak dapat beribadah dengan bebas muncul secara menonjol di antara tuduhan-tuduhan yang dilemparkan kepada Partai Rakyat Republik yang telah berkuasa selama 27 tahun. Dakwaan ini datang dari sejumlah partai politik yang baru saja terbentuk dengan suatu ideology Islam yang sama-sama sebagai dasarnya. Akan tetapi partai-partai baru tersebut setelah pemilu tahun 1950 harus bubar cepat atau lambat karena tidak memiliki dukungan pemilih.



3.      Perubahan sosial
Dalam periode 1960-1978, angka rata-rata kenaikan GNP per kapita Turki mencapai 3,6 persen/tahun. Ini merupakan sukses besar. Sementara itu pertambahan penduduk Turki mencolok, kalau tahun 1940 penduduknya berjumlah 17 juta, maka kini mencapai 57 juta jiwa.

4.      Pembangunan bidang agama
Meskipun Turki merupakan negara sekular, pertumbuhan keagamaannya sangat mencolok. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya penduduk yang menjadi anggota sekte-sekte keagamaan. Sekte Nur yang didirikan Said Nursi (1873-1960), misalnya, sampai beranggotakan 300.000 orang. Pembangunan agama itu sendiri dilakukan oleh pemerintah.
Dalam bidang sarana keagamaan, Turki sekarang ini memiliki tidak kurang dari 62.000 masjid dan pembangunan masjid mencapai 1.500 buah / tahun. Penjualan buku-buku dan kaset-kaset keagamaan menunjukkan angka peningkatan yang sangat besar. Selain itu, telah dibangun lebih dari 2.000 unit sekolah Al Qur’an.[9]

Analisis
Setelah hancurnya Bani Abbasiyah pada tahun 1958 oleh Hulagu Khan, kerajaan-kerajaan Islam pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang tidak bisa disatukan. Masing-masing mempertahankan kerajaannya dari serangan bangsa-bangsa Eropa. Sampai pada akhirnya bangkitlah Kerajaan Ottoman  yang mampu mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam dan mampu memperluas kerajaannya sampai ke Eropa dan Asia Kecil. Keberhasilan ini tidak lepas dari adanya budaya ingin maju yang ada di masyarakat Turki, serta ditunjang oleh kecakapan pimpinan serta keadilannya. Sehingga mereka mampu untuk bersatu padu membangun bangsa walaupun harus terseok-seok karena adanya beberapa serangan dari bangsa-bangsa Eropa dan juga karena perpecahan dari dalam namun akhirnya pada masa pemerintahan Sulaiman I Kerajaan Ottoman sampai kepada puncak keberhasilan dan kesuksesannya.
Setelah itu terjadi kemunduran lagi, dan akhirnya Kerajaan Ottoman hancur dan diganti dengan Turki Modern yang berdasarkan negara Republik. Kebangkitan ini dirangsang oleh kemajuan barat yang semakin tak tertinggal dan karena kebosanan terhadap kejumudan yang telah dialami oleh umat Islam pada waktu itu. Sampai saat ini Turki bisa dikatakan sebagai negara bekas negara Islam yang paling maju kalau kita bandingkan dengan Mesir, Siria, dan Maroko dan negara-negara Islam lainnya yang tetap menjadikan syariat Islam sebagai ajaran negaranya.



[1] Azyumardi Azra, dkk. Ensiklopedi Islam. Ichtisar Baru Van Hoeve. Jakarta, hlm. 114
[2] Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Logos. Jakarta, hlm. 1
[3] Akbar S. Ahmed, dkk., Citra Muslim. Erlangga. Jakarta. hlm. 71
[4] Lihat Ensiklopedi Islam. Ibdi. Hlm. 62
[5] Stanford J. Shaw, History of The Ottoman Empire and Modern Turkey, Vol. I. Cambrigde UP. Cambrigde. 2000. hlm. 13
[6] Lihat Ensiklopedi Islam. Ibid. hlm. 60
[7] Lihat Ensiklopedi Islam. Ibid. hlm. 60
[8] Lihat. Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Ibid. hlm. 91
[9] Lihat Ensiklopedi Islam. Ibid. hlm. 116
Share this post :

+ komentar + 1 komentar

11 Maret 2015 pukul 06.08

Sayang sekali memang kalau Ottoman telah diganti dengan Republik Turki Sekuler.
Kunbal ya di http://thedagristan.blogspot.com/

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. MAULANA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger